Kamis, 06 Februari 2014

Makalah Forum Diskusi Filsafat UGM Yogyakarta 16-17 November 1994

Membentuk Insan Kamil dan Masyarakat Harmonis Menghadapi Perkembangan Peradaban Manusia Sampai Akhir Zaman

Prof. DR. Kadirun Yahya, M.Sc.

Disampaikan pada Forum Diskusi Filsafat Universitas Gadjah Mada - Yogyakarta , 16 - 17 November 1994

Pendahuluan
Dalam perkembangan sejarah umat manusia ada satu hal yang menarik untuk dikaji, khususnya menurut konteks Al-Quran bahwa ketika suatu kaum atau kelompok masyarakat di suatu tempat dilanda krisis moral dan spiritual, maka Allah menurunkan para Rasul dan Nabi untuk membenahi mereka. Para rasul tersebut diutus membenahi akhlak dan membersihkan jiwa mereka serta mengajarkan bagaimana tata cara bermasyarakat yang benar menurut Allah sehingga mereka tidak membabi-buta dalam menjalani dan mengarungi kehidupannya. Hal ini bisa dipahami secara sederhana bahwa Allah adalah Pencipta manusia, Dia Maha Mengetahui mana yang baik dan buruk bagi ciptaanNya.
“Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al Anfal, ayat 73).
Oleh sebab itu aturan-aturan kehidupan harus diberikan kepada mereka melalui utusan-Nya, aturan-aturan mana terhimpun di dalam kitab-kitab suci.

Pedoman hidup yang terdapat dalam kitab suci/agama-agama wahyu (samawi) yang maha mutlak dari dulu sampai sekarang ialah segala sesuatunya adalah HAQ dan SAH dari Allah, jika disalurkan/atau jika datangnya melalui Rasul-Nya masing-masing. Ini masih berlaku sampai sekarang dan terus berlaku sampai kiamat dunia serta terus berlaku sampai ke Akhirat, karena ini adalah Hukum yang ABADI/Hukum yang Hakiki dan hukum yang Mutlak, karena hanya ke dalam dada/atau ke dalam Rohani para Rasul diturunkan Nur Ilahi/Wahyu/dengan Frekuensi yang tak terhingga dari Allah SWT, untuk terus disalurkan melalui lisan dan gerak-geriknya pada seluruh umat manusia di dunia.
Ketika dahulu kala zaman jahiliah melanda dunia Arab pada abad ke-6 Masehi, di mana tatanan kehidupan masyarakat dan keagamaan sudah kacau-balau dan porak-poranda seperti terjadinya pembunuhan terhadap anak-anak perempuan, merajalelanya judi, perampokan dan penyembahan terhadap berhala, di mana Agama-agama Wahyu maupun pedoman hidup yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan pada masa lalu sudah tidak digubris lagi, sehingga Allah menurunkan utusan-Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW untuk membenahi akhlak mereka. Perintah-perintah Allah sebagai pedoman hidup disampaikan melalui Muhammad Rasulullah SAW yang terhimpun dalam satu naskah agung berupa sebuah kitab suci yaitu Al-Quran dan Al-Hadits.

Pembenahan akhlak yang dilakukan oleh Muhammad Rasulullah SAW terhadap bangsa Arab, sungguh-sungguh luar biasa sekali dan spektakuler, karena dalam tempo kurang lebih 23 tahun saja, bangsa Arab yang sebelumnya sudah sedemikian jahiliahnya, sama sekali tak mengenal aturan lagi dan sangat bejat akhlak-moralnya, mampu berubah menjadi bangsa yang besar dan berperadaban sangat tinggi. Kemajuan peradaban kaum muslimin berkembang sedemikian pesatnya ketika Eropa justru masih berada dalam Abad Kegelapan, dan perkembangan ini bergema selama ratusan, bahkan seribu tahun lebih ke depan. Ilmuwan-ilmuwan Besar dan Filsuf-filsuf besar bermunculan, ulama-ulama, para hakim yang adil dan cemerlang serta kelompok-kelompok masyarakat yang harmonis-pun bertumbuhan dan bertebaran. Imperium Islam membentang dari Andalusia sampai ke Mesopotamia berdiri di bawah bimbingan Kekhalifahan/kerajaan-kerajaan yang berlandaskan ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa. Cahaya ilmu pengetahuan menerangi dan memancar ke seluruh penjuru-penjuru Asia, Afrika dan Eropa.

Islam adalah penuh wisdom, penuh hikmah dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Allah Yang Maha Benar melalui rasul-Nya Muhammad SAW. Ia-nya adalah Penghulu segala Nabi/Rasul, untuk meneruskan dan menyempurnakan segala ajaran hikmah dari semua Nabi/Rasul sebelumnya, yang meliputi seluruh hidup dan kehidupan manusia, lahir dan batin, dunia dan akhirat. Islam bukan saja hanya berisi uraian-uraian ideologi ataupun teori-teori saja, tetapi juga termasuk lengkap di dalamnya memaparkan praktek atau cara pelaksanaan teknis bagaimana caranya supaya umat manusia dapat hidup dan berkehidupan sangat sempurna di dunia dan di akhirat, jasmaniah dan rohaniah.

Segala ajaran hikmah yang dibawa segala Nabi/Rasul dari abad ke abad pada hakikatnya ialah mencari kesempurnaan yang sejati dalam hidupnya dari dunia terus sampai ke akhirat. Kesempurnaan sejati ini pada hakekatnya ialah hanya diperoleh pada sisi Allah SWT semata-mata dengan mendekatkan, menghampirkan diri kepada-Nya, walau di alam mana sajapun kita berada. Sebaliknya, tidaklah suatu agama atau isme apapun namanya mempunyai nilai yang sebenar-benarnya, jika hal itu tidak membawa manusia ke sisi, ke hadirat Allah SWT dan dengan metode yang sesuai dengan hukum Ilahi sendiri, yang termaksud dalam kitab suci sendiri (Al-Quran dan Al-Hadits).

Islam sebagai agama wahyu terakhir memiliki Al-Quran sebagai pedoman hidup yang sempurna bagi umat manusia. Pedoman hidup ini meliputi aspek Ketuhanan dan kehidupan bermasyarakat. Demikian sempurnanya pedoman tersebut sehingga tak ada satu celahpun dalam kehidupan yang tidak diatur di dalamnya. Pengaruh Al-Quran terhadap manusia begitu dahsyat dan mengagumkan serta mempengaruhi perkembangan peradaban, kehidupan bermasyarakat dari dunia sampai akhirat, karena ilmiahnya-pun tak ada tolok-banding akan tingginya.

Satu hal yang perlu sekali harus diperhatikan pula disini ialah bahwa kekuatan Al-Quran dan Al-Hadits yang mampu membentuk akhlak mulia dan peradaban luhur umat Islam tidak saja terletak pada ajaran-ajaranNya semata dalam pengertian lahiriah saja. Fakta-fakta ilmiah teknologis telah menunjukkan bahwa sebenarnya kekuatan Maha Dahsyat dari Al-Quran ini terletak dalam dimensi Metafisika-nya (Ketuhanan), yang dapat kita gapai dan kita dapatkan dari dalam Ajaran Tasawuf (Sufi) Islam.
Dimensi metafisika Ketuhanan ini adalah sangat dahsyat luar biasa sekali, bisa antara lain membuat bumi bergoncang, membelah-belah bumi, memindah-mindahkan bukit, manusia mati dapat berbicara/ hidup kembali, gunung dapat hancur berantakan, bahkan menghambat dunia kiamat.

Contoh kekuatan metafisika ini pada zaman dulu banyak kita temukan dalam bentuk mukjizat para Nabi dan Rasul seperti Nabi Musa as. mampu menghadapi Fir’aun hingga musnah dan penyelamatan umat dengan membelah laut. Nabi Ibrahim as. mampu menghadapi adikara Namrud dan mengalahkan api yang membakarnya. Nabi Daud as memenangkan duel menghadapi Goliat. Nabi Isa as. dalam menghadapi Imperium Romawi mensukseskan Kerajaan Tuhan. Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi dunia Jahiliah mensukseskan Kerajaan Tuhan di bumi.
Semuanya menggunakan enerji/yang berada tersimpan dan tersembunyi dalam potensi akbar dari kekuatan-kekuatan maha dahsyat ayat-ayat Allah dan Al-Hadits Rasulullah SAW yang tak ada tolok-bandingnya.
Selain itu ada suatu peristiwa dalam sejarah yang perlu kita catat, yakni ketika bangsa Tartar yang ganas menyerbu negara-negara Islam pada Abad Pertengahan, banyak sekali pusat-pusat kebudayaan dan perpustakaan yang membuat buku-buku karya Filsuf dan Ilmuwan Islam dihancurkan dan dibumihanguskan. Kaum Muslim dan Muslimah banyak berguguran, mati dibunuh oleh mereka. Enerji dan pengetahuan yang sudah terbentuk sekian ratus tahun habis musnah sia-sia dalam tempo yang singkat, seolah-olah tak meninggalkan bekas. Peristiwa ini benar-benar sangat memilukan.
Tapi kejadian ini tak membuat Islam mati dan lenyap karena tak berapa lama kemudian Islam bangkit kembali, membangun kembali, bahkan tetap hidup sampai sekarang. Ternyata diantara puing-puing kehancuran itu ada satu kelompok masyarakat Islam/satu kaum yang tak terkena pengaruh/imbas keangkaramurkaan para penjajah peperangan tersebut. Mereka tetap terpelihara, bahkan memberikan semangat perjuangan, ketabahan kepada kaum Muslimin yang lain untuk bangkit kembali.

Mereka memberikan spirit kekuatan yang luar biasa kepada umat Islam yang lain. Di dalam kaum ini terdapat suatu mata rantai sejak dari masa Rasulullah SAW yang masih terpelihara, yang tak terlihat tapi memberikan kekuatan dahsyat yaitu TALI RUHANIAH KETUHANAN yang merupakan POWER OF THE SPIRIT OF ISLAM, yang merupakan enerji Ketuhanan yang Maha Dahsyat, yang mampu membentengi umat manusia, bahkan kekuatan alam semesta sekalipun dapat lumpuh kepada-Nya. Kelompok-kelompok ini dikenal sebagai kaum Sufi.

Dalam kelompok ini masih terdapat Ulama-ulama yang merupakan benar-benar Pewaris-pewaris Nabi, yaitu orang-orang yang mewarisi rahasia kekuatan para Nabi, orang-orang yang mempusakai apa-apa yang dipusakai Nabi dari Allah SWT yang merupakan kedahsyatan enerji Kalimah Allah yang Murni dan Akbar. Tokoh-tokoh Sufi pada Abad Pertengahan yang terkenal selain Al-Ghazali diantaranya adalah Syekh Abu Yazid Al Busthami, Syekh Junaid Al Baghdadi, Syekh Abdul Qadir Jailani, dan Syekh Bahauddin Naqsabandi...

Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh kaum Sufi mengandung ajaran inti dari Al-Quran, yaitu teknik mendekatkan diri kepada Allah, Sang Maha Pencipta. Ajaran ini mengarah kepada pembentukan jiwa yang benar-benar suci, bersih sehingga memancar keluar dan berwujud sebagai perilaku kehidupan yang baik, akhlak yang mulia dan budi pekerti serta hasil budi daya yang tinggi dan luhur sesuai dengan syariat Islam yang Mulia. Dalam ajaran ini telah dikenal pula, bahwa peribahasa yang benar adalah “It is not the gun and it is not the man behind the gun but it is The Spirit of The Soul of the man behind the gun.”

Sekarang dapat dideteksi secara ilmiah teknologi bahwa kesalahan, kekurangan dan kepincangan umat Islam yang selama ini mengakibatkan kelemahan dan kelumpuhan Islam bahkan menuju keruntuhan dan kehancurannya secara total adalah karena umat hanya mementingkan hukum-hukumnya saja, kebudayaannya, kemasyarakatannya, ekonominya, sedangkan amalannya sendiri, yang telah diwarisi dan dipusakai dari Nabi Besar Muhammad SAW, penghulu segala Nabi/Rasul, jauh ditinggalkan sehingga umat Islam sekarang tidak mengerti sama sekali letaknya kemenangan Islam, yang semestinya mendapat waktu dan perhatian yang istimewa dan utama, bahkan kadangkala dianggap bahwa amalan-amalan warisan ini sunnah belaka yang tidak berarti.
Oleh karenanya Nur Ilahi sudah mulai pudar dan lenyap dalam dada Ulama-ulama dan pemimpin Islam, akibatnya siapa yang menanam air, tidaklah betung yang akan tumbuh melainkan air juga. Wie kaatst moet de bal verwachten, wie wind zaait moet strom oogsten, barang siapa menggali lubang dia sendiri yang akan jatuh ke dalamnya. Seorang Teknolog Muslim merasa prihatin melihat keadaan ini dengan mengatakan:

Persatuan yang merupakan benteng raksasa Islam hancur lebur. iman dan taat menjadi luntur
kasih sayang sesama umat menjadi gugur
akibatnya Islam Mulia Raya berdiri di pintu kubur
golongan atheis kufur dan Yahudi pun siap sedia untuk melulur
Ruh-ruh umatnya telah dihinggapi penyakit menular yang sangat berbahaya
Sifat mereka telah bertukar dari fakir menjadi kafir, sifat siddiq dan amanah telah hilang
Khasad dengki khianat berbilang-bilang, judi menjadi seri majelis. Zinah menjadi pekerjaan laris
Istri dan anak menjadi durhaka melihat si bapak merajalela. Alampun sangat murka menurunkan bala, banjir dan gempa
Malapetaka pertikaian, peperangan sesamana, penyakit-penyakit anehpun melanda seluruh dunia.

Sedangkan obatnya yang paling ampuh dan mujarab sejak berabad lamanya tersimpan tersembunyi dalam Teknologi Al-Quran/Metafisika Al-Quran.
Inilah akibatnya, jika Al Islam tidak diamalkan secara keseluruhan, yakni tidak turut diamalkan Ilmu tasawufnya yang sebenarnya adalah Teknologi Al-Quran yang termasuk dalam firman AAFAAQI dalam Al Quran yang mampu mengeluarkan Power dan Enerji Al-Quran Maha Dahsyat, jika dipakai Metodologinya yang tepat yakni Tarikatullah yang sangat tinggi hukum ilmiah teknologinya, sesuai dan pararel dengan hukum-hukum teknologi modern alam fisika yang setinggi-tingginya dan sebagai Sunnatullah.
Keadaan negatif umat yang kita gambarkan pada sajak-sajak di atas adalah sungguh-sungguh berbahaya, apalagi kini menjelang abad XXI Masehi ketika peradaban manusia mencapai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa tingginya, bahkan bisa dikatakan telah mencapai puncak firmament-nya, maka tumbuhlah interaksi, hubungan timbal balik dalam frekuensi tinggi antara negara di dunia meliputi kebudayaan yang menyangkut nilai kehidupan, konflik kepentingan, pedoman hidup dan moral, sehingga kemajuan tersebut selain memberikan kemudahan dan manfaat kehidupan, namun secara paradok keadaan itu juga menghasilkan efek samping yang mengkhawatirkan.
Arus globalisasi ini telah menyentuh banyak aspek kehidupan manusia. Arus globalisasi yang ditiupkan dunia Barat ini mengakibatkan segenap pelosok dunia terasuk dan terpengaruh dalam pola pikir dan kehidupannya yang kadang-kadang tak dapat dikendalikan karena kuatnya pengaruh arusnya yang negatif yang semuanya menuju kepada kehancuran.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dimiliki dan diterapkan dunia Barat tersebut secara umum lebih menitikberatkan pada aspek materialistik, sekuler, hedonistik, utilitas, rasionalitas dengan tidak dibarengi tuntunan yang Maha Kuasa, sehingga akhirnya dengan Sains dan Teknologi yang dikuasainya, mereka merajalela, memperalat untuk mengganggu, merusak dan mengintimidasi negara-negara lain, termasuk dunia Islam dan negera-negara berkembang.
Bukan keharmonisan atau kedamaian hidup yang diperoleh tetapi justru segala macam krisis, kekacauan dan kerusakkan karena tak tahu kemana diarahkan akan hidupnya. Salah satu akses negatif ini dapat kita lihat pada Konferensi PBB tentang Kependudukan yang baru saja berlangsung di Kairo, Mesir, di mana pihak barat mencoba memaksakan atau melegalisasikan kehidupan negatif seperti homoseksual, lesbian, single parent dan abortus agar mampu mengendalikan pertumbuhan penduduk dunia.
Oleh sebab itu dalam menghadapi arus Globalisasi dan Abad Informasi yang penuh tantangan dan godaan-godaan ini, kita sebagai umat Islam yang mewarisi kitab Maha Suci dan Maha Akbar Al-Quran yang Maha Menang dan Maha Dahsyat masih mempunyai kesempatan untuk mewujudkan manusia-manusia unggul lahir dan batin yang pasti mampu mengatasi kesulitan-kesulitan zaman, sehingga pasti dapat terwujud masyarakat yang harmonis dan berbudaya tinggi dan luhur, seiring dengan perkembangan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan metode yang mempunyai arah yang jelas dan pasti, yaitu mendekatkan diri, menuju kepada Allah, Sang Maha Pencipta Yang Maha Segala, Maha Akbar, Maha Sempurna, Maha Menang, Maha Kamil dan Maha Sejahtera Dunia Akhirat.
Professor Oberon dari Amerika Serikat dengan keyakinan penuh mengatakan:
“Jika umat Islam di Indonesia sesungguhnya kembali mengamalkan rahasia-rahasia Nabi Besarnya, pasti Indonesia jaya sejayanya dan menjadi suatu negara yang tidak dapat ditentang, karena mereka bukan dalam teori saja, tetapi juga dalam realitas nyata, fakta beserta dengan kodrat Ilahi Yang Maha Akbar sesuai dan pararel dengan hukum-hukum eksakta teknologi alam fisika teknologis, yang juga sunnatullah.”
Namun ilmu teknologi alam metafisika Al-Quran adalah lebih tinggi, lebih dahsyat karena dimensinya adalah jauh lebih tinggi, lebih dahsyat, karena tidak ada batasnya dan Maha Ultrasonor.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd.
Tasawuf Islam dan Teknologi Al-Quran
Ilmu tasawuf dan Sufi adalah suatu Ilmu dalam Agama Islam yang sangat dalam dan sangat halus, yang mampu menembus ke dalam alam bilghoibi, alam batin yang sudah jelas sulit sekali untuk diilmiahkan apalagi pada jaman dahulu kala. Justru disinilah letak problema yang sebenarnya, apa sebab Ilmu tasawuf dan Sufi itu dinisbahkan dan kurang diperhatikan. Karena sulitnya ilmu ini diterangkan secara konkrit, persoalannya bahkan dapat menimbulkan khilafiah, seperti yang selama ini dirasakan, dan adakalanya dapat merenggangkan Kesatuan dan Persatuan Umat Islam yang Maha bernilai itu.
Oleh sebab itu dalam diskusi-diskusi para pemeluk Agama selalu dihindari penelaahan mengenai Ilmu tasawuf dan Sufi, karena persoalannya dianggap terlalu berat dan halus dan terlalu sulit untuk dicerna oleh orang awam. Pakar-pakar di bidang ini yang menguasai seluruh teori dan prakteknya, atau Guru Besarnya yang mampu memberikan penerangan ilmiah yang memuaskan bagi para ahli fikir Islam jarang sekali dapat dijumpai. Pertikaiannya seringkali terletak pada tafsir masing-masing dan pengalaman serta rasa dalam ibadah yang tak mungkin dapat dipindahkan kepada orang lain yang belum pernah merasakannya atau belum pernah mengalaminya sendiri.
Tetapi semua itu bukan alasan untuk melupakan atau untuk membuangnya sama sekali, apalagi untuk ditentang ataupun ditolak. Karena justru kedahsyatan Agama terletak pada enerji yang tersimpan dalam lapisan sebelah dalam Al-Quran. Hal ini hanya dapat dijolok dan dikeluarkan melalui suatu metode (Thariqat) yang terletak dalam Ilmu Tasawuf dan Sufi, bukan terletak dalam ilmu Fiqih.
Al-Quran yang demikian lengkap, luas dan dalam, yang mengandung segala unsur Maha Bernilai serta dapat menghasilkan Enerji Maha Dahsyat, benar-benar wajib kita selidiki kembali khusus dimensi teknologi metafisikanya. Dengan dimensi yang Maha Tinggi dan dengan getaran-getarannya yang Maha Ultrasonor dari Kalimah Allah Yang Maha Agung, yang disalurkan dan dipancarkan langsung dari sisi Allah SWT melalui channel tunggal mulia yang dihujamkan Allah dalam diri Rasulullah SAW:

“Bahwasanya Al Quran ini satu ujungnya di tangan Allah, dan satu lagi di tangan kamu (Muhammad).” (HR: Abu Syuraih Al Khuja’i).

Kita pasti mampu mengatasi segala macam enerji negatif dari atom dan nuklir, dan bencana apa sajapun, berupa peperangan, penyakit apa saja, krisis dan huru-hara dengan segala macam corak dan ragam serta berbagai dampak negatif globalisasi yang dihadapkan kepada kita dalam masa apa saja, kita dengan Kalimah Akbar itu selalu akan “survive” dunia akhirat. ...

Enerji adalah hasil olahan teknologi, dan setiap teknologi menghendaki suatu metodologi, ini wajib. Tidak ada satu proses-pun dalam teknologi yang tidak menggunakan metodologi. Metodologi dalam Al-Quran namanya Thariqat.

Selama ini Thariqatullah selalu diabaikan, dikhilafiahkan, bahkan disyirikkan oleh sebagian kaum Muslimin yang kurang paham tentang tasawuf dan Teknologi, padahal betapa tingginya Al-Quran dan Al-Hadits. tasawuf dan metodologinya ini dapat membawa kita kepada Dimensi Ihsan yakni salah satu dari tiga pilar pokok agama Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan, yang ketiganya harus diterima secara keseluruahn (QS. Al-Baqarah, 208).

Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan.”

Di bawah ini akan kita baca ayat-ayat Al-Quran dan Al-Hadits yang mengkiaskan kehebatan seorang Mukmin yang selalu disertai tenaga Oer Atom Yang Maha Dahsyat, agar kaum muslim dapat berfikir dan merenungkannya serta dapat memanfaatkannya untuk kemenangan hidup dunia akhirat dalam segala sektor kehidupan. Hadist Qudsi riwayat Ahmad:

Artinya: “Tak dapat memuat akan zat-Ku, bumi dan langit-Ku, yang dapat memuat akan zat-Ku, ialah hati hamba-Ku yang Mukmin, lunak dan tenang.”

Kesimpulannya: di dalam kalbu seorang Muslim berada tenaga OerAtom Yang Maha Dahsyat, yang ia harus pandai/mampu mencari metode/caranya untuk mengeluarkannya dan memanfaatkannya. Surat Al Qaf, ayat 16:

Artinya: “Dan Kami lebih hampir kepadanya daripada kedua urat lehernya.”

Kesimpulannya: Tenaga dahsyat itu sangat hampir pada sang Mukmin, sayang ia tak mengerti cara pelaksanaan teknis untuk memanfaatkannya. Ia percaya tetapi tak dapat menghasilkannya. Sayang seribu kali sayang. Surat Al Hadid 57, ayat 4:

Artinya: “Dia beserta kamu dimanapun kamu berada.”
Kesimpulannya: Sang Mukmin rupanya selalu beserta dengan Yang Maha Kaya, Yang Maha Menang dan Yang Maha Segalanya, tetapi kenapa tetap menderita, barangkali mukminnya belum benar.

Coba kita renungkan sekarang kenyataan ini!.
Tanpa metodologi tidak satu ayat-pun yang akan terwujud dalam suatu proses daripada ilmu teknologi. Teknologi tidak mesti diartikan hal-hal yang bersifat mekanistis atau bersangkutan dengan mesin-mesin, komputer dan peralatan laboratorium yang canggih. Sebenarnya teknologi merupakan rangkaian metode, yang mencakup pengertian yang lebih jelas. Seperti memasak, meskipunsederhana, kenyataannya tetap menghendaki suatu metodologi, karena meskipun bahan-bahan dan sarananya tersedia lengkap, tanpa metodologi yang tepat tak akan jadi masakan. Contoh lainnya adalah air, bila tak tahu metodologi dan teknologinya, maka air tak akan dapat meledak menyemburkan api yang panasnya dapat melebur besi, menghasilkan listrik jutaan volt, atau gas racun berbahaya.
Itu semua baru contoh-contoh di alam fisika, apalagi untuk enerji metafisika Ketuhanan Yang Maha Akbar dan Maha Rahasia serta dimensiNya tidak terhingga yang mana untuk mendapatkannya,wajib memakai metode-metode yang tepat dalam teknologinya dan sudah tentu dengan bimbingan ahli Teknologinya, yaitu Rasulullah SAW.
Sesungguhnya Allah telah berfirman dalam Al-Quran yang menyiratkan adanya tenaga teknologi, antara lain Surat Al Hasyir ayat 21.

Artinya: “Andaikata Al Quran ini Kami letakkah di atas bukit, kamu akan lihat bukit itu akan tunduk dan telah hancur berantakan karena takutnya kepada Allah. Dan perumpamaan ini Kami jadikan untuk manusia agarmereka berfikir.”

Atau dalam Surat Ar-Ra’ad, ayat 31 yang mengungkapkan kedahsyatan enerji metafisika Ketuhanan:

Artinya: “Dan sesungguhnya andaikan ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dapat membuat gunung-gunung berjalan/berguncang dahsyat atau bumi dipotong-potong/dibelah-belah atau orang mati diajak bicara/dapat bicara (hidup kembali) niscaya Kitab Suci itu Al-Quran. Dan merekapun tidak juga beriman dan juga masih tidak berfikir untuk merisetnya (walaupun Tuhan mengatakankedahsyatan Al-Quran itu secara bertubi-tubi).”

Atau Surat Yusuf, ayat 105:

“Banyak sekali tanda-tanda kekuasaan Tuhan di langit dan di bumi, mereka lalu-lalang di atasnya sedangkan mereka berpaling daripadanya."

Tidak mau merisetnya. Padahal itu adalah firman Ilahi, itu Sunnatullah. Itu adalah firman Aafaaqi. Itu bukan Bid’ah. Bukankah Islam itu ilmiyun (ilmiah).
Dalam Hadist disebutkan:

Artinya: “Islam itu adalah ilmiah dan amaliah, Islam itu tinggi tak ada yang melebihinya.” (HR.Imam Bukhari)

Bukankah sampai sekarang tidak ada satu ayat atau hadits-pun, di akhir zaman ini, dalam beberapa abad ini, kaum Muslimin tidak lagi dapat merealisasi dengan secara fakta kebenaran, satu hadits-pun atau satu ayat-pun secara nyata dan faktuil?! Ayat-ayat dan hadits Nabi seolah-olah tidak berlaku. Karena tidak dilaksanakan dengan teknologinya. Sehingga Power Al-Quran tidak kunjung muncul. Masihkah mata kita belum terbuka lagi untuk meriset secara teknologis, dimana kemacetan itu semuanya!.
Allah SWT telah berfirman dalam Surat Jin ayat 16:

Artinya: “Dan bahwasanya jika mereka berdiri tetap di atas Thariqat yang benar (jalan, metodologi yang benar), Kami akan limpahkan pada mereka, (Karunia sebanyak) hujan lebat (dari langit).”

Dalam Surat Ar-Ra’ad ayat 11:

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Tidak Ku-rubah nasib sesuatu bangsa, kalau bangsa itu tidak merubah nasibnya sendiri).Selanjutnya Hadits Nabi SAW:

“Dengan nama Allah yang tidak memberi mudharat apa-apa yang di bumi dan di langit bagi (orang) yang beserta dengan NAMA-NYA.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Bukannya kebanyakan muslimin itu tidak shalat, tidak berdzikir, tidak berpuasa, tidak naik haji, semua dilaksanakannya. Namun tidak juga mampu mengeluarkan realisasi faktuil dari satu ayat atau satu hadits sekalipun, karena tidak mengetahui akan metodologi-teknologinya yang merupakan firman Aafaaqi. Di sini letaknya kelemahan kaum Muslimin di seluruh dunia, karena telah berabadpula, kaum Orientalis Barat, menyelewengkan arti Ayat-ayat Akbar tentang Thariqatullah (Q.S. Al Jin 16-18), Waliyyam Mursida (QS. Al Kahfi, 17), Wasilah (Al Maidah, 15), Rabithah (Ali Imran, 200), dan lain-lain.
Kekhilafiahan terhadap metodologi (Thariqatullah) pendekatan diri kepada Allah melalui pembersihan rohani dengan cara membaca kalimah Allah ini, terjadi sebagai akibat pengaruh yang sangat negatif, serta tipu daya kaum Orientalis jahat yang licik, musuh bebuyutan kaum Muslimin yang mengisukan bahwa Thariqatullah yang ada pada tasawuf Islam bersumber dari prinsip-prinsip nonIslami dan syirik. Mereka dengan sengaja melemparkan isu ini menyesatkan dan memecah belah umat Islam supaya lemah, karena mereka tahu benar-benar bahwa tasawuf dan Thariqatullah itulah yang merupakan benteng ketahanan mental spiritual umat Islam Maha Dahsyat yang bersumber dari enerji metafisika Ketuhanan yang murni dan Maha Akbar yang disalurkan melalui metodologi dahsyat dalam Teknologi Metafisika Al Quran.
Mari kita dengan seksama dan teliti sekali, mulai mengambil ujicoba semuanya ini, karena ini adalah ilmu teknologi yang dapat diujicoba, para teknolog tidak akan bicara, kalau ilmunya belumdiuraikan, dianalisa secara ilmiah yang murni, kemudian harus diujicoba secara empiris nyata beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali, semua teknolog begitu sifatnya.
Kalau berhasil, baru ia mau bicara. Kalau tidak berhasil, ia masih bungkam terus. Alhamdullillah bukan untuk “apa-apa”, tetapi semata-mata untuk contoh-contoh. Contoh-contoh yang telah dilaksanakan oleh para ahli tasawuf dengan metode Thariqatullah, sudah beribu kasus banyaknya dalam puluhan tahun ini. Apa salahnya, secara ilmiah, tuan-tuan dan ibu-ibu juga mencobanya, tetapi kami peringatkan. Ini adalah Teknologi sangat tinggi danhalus, dan menghendaki syarat-syarat yang sangat halus dan suci pula dan pemimpinya harus seorang Waliyam Musyida yang benar-benar kompeten.
Coba kita ingat saja, dalam kita mempersiapkan diri untuk meneliti jalan/metode ini yang sangat tinggi ini, yang sangat halus dan akbar, serta Khalis Mukhlisin, kita harus membuat persiapan-persiapan yang benar dan tepat dan harus mempunyai pemimpin.
Kita baca surat Al Kahfi, ayat 17:

Artinya: “Barangsiapa yang diberi PETUNJUK oleh ALLAH, maka dialah orang yang mendapat PETUNJUK. an barang siapa yang disesatkan oleh ALLAH, maka baginya tidak akan mendapatkan seorang WALI MURSYID.”

Jadi harus ada Pemimpinnya, apalagi ini teknologi yang sangat tinggi yang sangat akbar. Kami telah menuliskan beberapa ayat Al Quranul Karim, sehingga pedoman dan petunjuk dalam mengamalkan teknologi Al Quran Yang Maha Dahsyat ini, yang kita lihat bukan main hasilnya, umpamanya saja, semua penyakit apa saja tidak menjadi persoalan.

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang enjadi penawar/obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Hadits (HR. Ibnu Majah)

Artinya: “Lazimkan olehmu memakai dua macam penawar/obat (yaitu) Madu dan Al Quran.”


Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar/obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Hadits (HR. Ibnu Majah)

Artinya: “Lazimkan olehmu memakai dua macam penawar/obat (yaitu) Madu dan Al Quran.”
Itu semua (Ayat dan Hadits tersebut) mengandung power, pembasmi penyakit yang sehebat-hebatnya, termasuk AIDS, juga kanker, leukemia, narkotika, dan lain-lainnya. Al-Quran telah nyata dapat memberikan jawaban kepada seluruh kaum Muslimin tentang cara menghancurkan semua macam penyakit di akhir zaman, yang dalam dunia medis belum berhasil.
Penyakit di akhir zaman ini termasuk penyakit-penyakit akhlak, moral dan kejiwaan yang bisa kita lihat pada manusia-manusia yang tersesat jalan, kemudian dimasukkan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan selama beberapa waktu, untuk dibimbing kembali ke jalan yang benar dan diberi kesadaran. Dengan jalan dikurung dan dibimbing itu diharapkan mereka akan mendapat pelajaran dan keinsyafan, namun ternyata kesadaran itu maksimal hanya masuk ke dalam otak mereka, belum tembus tertanam dalam hati sanubari mereka. Akibatnya, para napi sesudah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan, kembali lagi kepada kejahatan-kejahatan semula karena semua pelajaran yang hanya masuk ke dalam otak itu belum cukup membendung desakan-desakan nafsu syathaniah yang masih mengakar kuat dalam hati sanubari mereka.
Untuk itu perlu metode menanamkan Kalimah Allah ke dalam hati sanubari insan, sehingga Kalimah Allah yang tertanam dalam hati sanubari itu langsung mengendalikan segala gerak-geriknya, tindak-tanduknya, fikirannya, keinginan-keinginannya, sesuai dengan Ridha Ilahi. Ia akan menjadi orang yang melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dia otomatis mampu membawa kebesaran-kebesaran Kalimah Allah pada dirinya dan kelilingnya. “He is the rahmat carrier. Penerus dari tugas Rasulullah SAW untuk dunia-nya.”
QS. Al Anbiya, ayat 107:

Artinya: “Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan menjadi rahmat untuk semesta alam.” (Tidak Aku turunkan engkau ya Rasul ke dunia, melainkan untuk membawa rahmat-Ku ke seluruh alam, langsung dari-Ku).

Inilah dasar Thariqatullah atau Thariqatus-sufiyah.
Allah SWT Yang Maha Segala dalam ukuran tidak terhingga sudah jelas mempunyai frekuensi tak terhingga. Tidaklah mungkin frekuensi yang tak terhingga itu dimiliki oleh manusia yang serba baharu dan serba kekurangan. Namun kalau manusia tidak mempunyai frekuensi tak terhingga, sudah jelas tidak ada hubungan antara manusia dengan Allah SWT Yang Maha Akbar, Maha Tinggi, Maha Agung, karena frekuensinya tidak sama. Sudah jelas manusia yang serba berkekurangan tidak mungkin memiliki frekuensi tak terhingga kecuali jika frekuensi tak terhingga itu diberikan oleh Allah SWT sendiri pada manusia itu sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat An Nur, ayat 35:

“Nuurun ‘alaa nuurin yakdhillahu linuurihi mayy-yasyau.”

Inilah dia yang dikatakan Wasilah, channel dan frekuensi tak terhingga yang menyampaikan, menghubungkan manusia langsung dengan Tuhan-nya.
Tentu saja Wasilah ini, yang mempunyai frekuensi tak terhingga, diberikan oleh Allah SWT kepada insan-insan pilihannya, sudah jelas Rasulullah SWT sebagai insan pilihan telah menerima Wasilah Akbar, telah menerima Nuurun ‘alaa nuurin yakhdillahu linuurihi may-yasyaa-u, yang menjadi kualifikasi seorang Rasul. Wasilah ini jelas bukan manusia biasa atau perantara, bukan pula Wali dan bukan pula Rasul. Siapa saja yang selama ini menduga bahwa Wasilah itu adalah manusia atau perantara, benar-benar keliru besar. Wasilah adalah nuurun ‘alaa nuurin dan Rasul adalah Si Pembawa Wasilah (The Wasilah Carrier).
Tanpa Wasilah (Nuurin ‘alaa nuurin) para Rasul tidak mungkin akan dapat berhubungan dengan Allah SWT. Wasilah ini, Wasilah yang sama yang telah dimiliki Rasulullah SAW, harus dan wajib pula kita miliki agar penyampaiannya sama, hubungannya sama, seperti hubungan Rasulullah SAW dengan Allah SWT. Karena Wasilah itu, Nuurun ‘alaa nuurin ini, ditanam oleh Allah SWT dalam Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW maka tidak ada jalan lain bagi kita untuk memiliki Wasilah yang sama, selain dengan menggabungkan Arwah kita (di mana Wasilah itu akan didudukan Allah) dengan Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW, melalui Arwahul Muqaddasah dari Beliau-beliau yang telah lebih dahulu bergabung dengan arwahnya dengan Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW, yaitu Arwahul Muqaddasah para ahli Silsilah, mulai dari Arwahul Muqaddasah Khulafaur-Rasyiddin sampai kepada Guru-guru kita, Aulia-aulia Allah, Ahli Silsilah sebagai Kekasih-kekasih Allah yang meneruskannya.
Kami ulangi sekali lagi bahwa Wasilah Akbar, bukan ditanamkan dalam jasmani, atau dalam otak Rasul, tetapi dalam Arwahul Muqaddasahnya yang telah sempurna disucikan itu dengan Kalimah Allah Yang Maha Suci dan Maha Akbar. Oleh sebab itu, Wasilah yang mengandung frekuensi, mengandung channel Allah SWT, wajib kita miliki, agar kontak dengan Allah dapat terwujud sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al Maidah, ayat 35, yaitu:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, temukan wasilah (faktor yang tidak terhingga kapasitasnya yang langsung menyampaikan kamu ke hadirat Allah SWT) dan bersungguh-sungguhlah berjuang di atasnya niscaya kamu mendapat kemenangan.”

Maka jika Wasilah ini, channel ini telah ditemui, barulah disitu kita mulai berdzikir, dan ibadat kita dengan izin Allah akan langsung tersalur ke Hadirat Allah SWT. Maka dzikir yang dilaksanakan dengan metode pelaksanaan teknis barulah diharapkan akan dibalas oleh Allah SWT dengan menanamkan/memberikan Kalimatullahi Hiyal Ulya ke dalam diri kita sendiri sesuai dengan Surat Al Baqarah, ayat 152:

Artinya: “Dzikirlah kamu akan Daku, niscaya Aku dzikir akan kamu dan janganlah menyangkal akan nikmat-Ku.”

Inilah yang sangat ditunggu-tunggu dan diharapkan oleh insan ahli-ahli tasawuf, yaitu dzikir (nama Allah) dari Allah sendiri, Kalimah Allah murni dan Maha Akbar sebagai balasan atas dzikir yang kita laksanakan pada-Nya yang dilaksanakan menurut teknis pelaksanaan (metode) yang tersebut di atas. Dzikir dari Allah berarti Allah SWT menanamkan Kalimah-Nya ke dalam hati sanubari kita, Kalimah Allah murni yang dikawal oleh seluruh angkatan malaikat, bukan ke dalam otak, melainkan ke dalam Arwahul Muqaddasah, hati sanubari kita.
Hadists Qudsi Ahmad dari Wahab bin Munabbih:

Artinya: “Tidak dapat memuat akan Zat-ku bumi dan langit-Ku, yang dapat memuatnya adalah HATI HAMBAKU YANG MUKMIN/SUCI, LUNAK DAN TENANG.”

Barulah tercipta dalam hati sanubari insan itu Kalimatullah Hiyal Ulya yang sejati, asli dan murni dari Allah SWT sebagai dasar hidup yang gilang-gemilang pada Orde Ke-Tuhan-an dalam diri insan. Inilah dia baru terciptanya Insan Kamil yaitu Insan yang duduk dalam hati sanubarinya Kalimatullahi Hiyal Ulya yang Maha Kamil yang disalurkan dari Allah SWT sendiri melalui channel dan frekuensi tunggalnya sementara otaknya berisi dengan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat yang ditimba dari Guru-gurunya dan dari alma maternya, dari Kitab-kitabnya dan dari pengalaman-pengalaman hidupnya. Inilah dia Metodologi Akbar yang sesuai dengan Surat Jin ayat 16:

Artinya: “Dan bahwasanya jika mereka berdiri tetap di atas Tarikat yang benar, (jalan, metodologi yang benar), Kami akan limpahkan pada mereka, Kurnia sebanyak hujan lebat dari langit.”

Dikuatkan pula dengan Surat Al Maidah, ayat 35:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taqwalah kamu akan Allah, temukan Wasilah (yang akan menyampaikan kamu langsung ke Hadirat Allah SWT), sungguh-sungguhlah beramal di jalan Allah itu (intensif beramal), niscaya kamu akan mendapatkan kemenangan.”

Kita lihat di sini bahwa orang yang mendapat kemenangan absolut ialah orang yang beriman, orang yang telah menemukan Wasilah dan orang yang telah sungguh-sungguh beramal di jalan Allah itu (intensif beramal). Inilah pula orangnya yang akan mampu meneruskan dan menyalurkan rahmat Allah pada sekelilingnya di mana ia barada, pada kelilingnya dan pada negaranya.

Wamaa arsalnaaka il-laa rahmatal lil‘aalaamin. (QS. Al-Anbiyaa, ayat 107).

Dan ia akan mampu menjadi insan pelaku pembangunan, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas unggul dan dinamis yang dapat membangun dengan sempurna dengan hati yang tulus ikhlas, khalis mukhlisin. Dan ia pasti akan selalu berhasil dengan gilang-gemilang karena ia adalah Si Penerus yang membawa kemenangan-kemenangan absolut yang tersimpan dan tersalur daripada Kalimatullahi Hiyal Ulya Yang Maha Akbar, Maha Sempurna dan Maha Menang.
Jelaslah sudah bahwa Teknologi Al-Quran akan mampu mengalahkan semua teknologi Atom dan Nuklir dari lawan-lawan, anti Agama dan perusak Agama dan peradaban manusia di muka bumi ini, karena enerji Al-Quran adalah di atas segala-gala teknologi di dunia, karena dimensinya lebih tinggi dari segala dimensi, a higher dimension commands a lower dimensions.
Mudah-mudahan kita menuju kebangkitan Islam di akhir zaman secara sukses, dipelopori oleh Teknologi Al-Quran. Tetapi harus kita waspadai. Kebangkitan Islam di akhir zaman di Indonesia ini bukan secara horizontal tetapi secara VERTIKAL ke atas. Selama ini kita “tertidur”, belum terbangun, sekarang ini mulai bangkit/bangun menuju ke atas kepada Allah SWT. Bukan horizontal. Bagi kita cukup PANCASILA, Pancasila adalah ideal, adalah sempurna bagi kita, Pancasila adalah Final. Dirikanlah dalam negara Pancasila, Tauhid Islam dalam diri kita masing-masing secara benar-benar sesuai dengan hukum Teknologi-nya (Firman Aafaaqi).
Kami harapkan warisan Rasulullah SAW ini menjadi perhatian khusus bagi umat Islam, supaya menambah, meningkatkan, membukakan hati dan membangkitkan semangat kita untuk lebih tekun mendalami Islam secara keseluruhannya, zahir dan batin, syari’i dan hakiki, dengan mengamalkan kembali seikhlas-ikhlasnya Warisan Rasulullah SAW, agar umat Islam se-Dunia kembali kejayaannya, seperti yang telah dipraktekkan Nabi Besar Muhammad SAW dan para Sahabat-sahabat Khulafaurrasyidin, karena berkat amal-amal beliau inilah, maka Allah SWT menganugerahkan tenaga-tenaga gaib (invisible strength), yang dapat diumpamakan dalam ilmu alam sebagai tenaga-tenaga radar yang tidak kelihatan, yang menjamin kemenangan umat Islam lahir dan batin, dunia dan akhirat, demi kebesaran Kalimah Allah SWT dan kemuliaan Rasulullah SAW.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilhamd.


Sumber: http://suraukita.org/  Repost: http://hilmanmuchsin.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar