Menganalisa sebab-sebab kekalahan-kekalahan hebat yang dialami Ummat Islam dewasa ini di Timur Tengah
serta mengupayakan secara ilmiah-Agamis (METAFISIKA TASAUF ISLAM) mencari Penangkalnya agar tidak terulang kembali kekalahan serupa atas
diri kaum muslimin di dunia, khususnya di Indonesia
Bapak-bapak dan ibu-ibu yang kami muliakan, seluruh hadirin dan hadirat yang kami hormati sekalian.
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, kita
mengadakan disini sebuah sarasehan mengenai, sebuah judul yang maha
penting dewasa ini, yaitu : menyelidiki, menganalisa dan menguraikan
akan kesalahan-kesalahan pokok dan fundamentil, apa sebabnya Kaum
Muslimin di Timur Tengah, khususnya di Teluk Parsi, begitu hebat
mengalami penderitaan, penyiksaan, kehinaan-kehinaan dan kelaparan yang
sangat berat, sedangkan mereka adalah orang-orang yang beragama Islam,
agan yang di akui Allah, satu-satunya agama yang sangat ilmiah dan
amaliah, sangat tinggi, agung dan mulia.!
Kita melihat bahwa dalam kejadian-kejadian dahsyat itu, seolah-olah tidak berlaku lagi ayat-ayat Tuhan
atau Hadits-hadits Rasulullah SAW bagi kaum muslimin di Teluk Parsi,
apalagi jika diingat, bahwa kaum muslimin adalah kaum yang di
istimewakan Allah SWT, dimuliakan Allah, selalu dimenangkan Allah dalam
segala macam perjuangannya, karena agama islam yang dianut kaum muslimin
adalah agama yang terpilih, agama yang tak ada kamus kalahnya ( Al-Mujadilah, ayat 21) tak ada tolok bandingannya.
Al-Mujadilah, Ayat 21:
“Kataballahu la – aghliban – na anaa wa rusulii, in – nallaaha qawiyyun ‘azziz”
Artinya: Tidak ada kamus kalah bagiKU (dan bagi Kalimah-KU) dan Rasul-KU (si pembawa-Nya)
Bahwa satu-satunya agama di akhir
zaman yang “Innaddiina indallaahil Islam” Bahwa agama yang diakui Allah
adalah Al-Islam, Namun kita melihat penganut-penganutnya di Teluk Parsi,
babak belur, porak poranda, menderita, dicoba, disiksa, menderita
kelaparan, diburu kesana kemari, seperti hewan berkaki empat saja,
nyawanya seolah – olah tidak ada harganya, dahsyat – dahsyat, sekali
lagi dahsyat yang diderita kaum muslimin di Timur Tengah itu, inilah
yang harus kita pelajari, yang kita harus selidiki, dimana kesalahan
pokoknya yang terbesar, agar supaya nantinya segala macam bencara
huru-hara bala siksa, semuanya segala cobaan dahsyat itu dan sebagainya,
jangan sampai menimpa kaum muslimin ditempat yang lain di dunia ini,
khususnya di negara tercinta Indonesia ini.
Sudah jelas Al – Qur’an dan Al –
Hadits tidak mungkin berdusta, sudah jelas Tuhan bukan sia-sia dan
main-main mengeluarkan “NASKAHNYA” yang maha dahsyat, yang disampaikan
oleh Junjungan Kita Rasulullah SAW, nabi paling utama, nabi paling
pilihan, penghulu daripada sekalian anbiyaa Allah, sudah jelas segala
kesalahan harus ditimpakan kepada Ummatnya, yang mestinya sudah jauh
menyimpang dari ajaran-ajaran hakiki Allah SWT.
Dalam pengajaran-pengajaran dalam
Al-Islam yang disampaikan oleh Allah dan Rasulullah SAW bahwa hanya kaum
Islam yang benar-benar taqwa, hanya kaum muslimin yang benar-benar
taqwa saja, kaum itulah yang dipelihara Allah SWT.
Salah satu kesalahan pokok ialah :
biasanya kaum muslimin dewasa ini di Dunia selalu saja menganggap
dirinya telah memenuhi syarat taqwa dalam beragama, tanpa dicarinya cara
untuk menguji coba akan ketaqwaannya itu, ia selalu saja lekas puas
diri, Lihat kaum muslimin di Timur Tengah itu! Bukan mereka tidak
shalat, bukan tidak puasa, bukan tidak mengeluarkan zakat, bukan tidak
naik haji, bukan tidak menyebut dua kalimah syahadat, sebagai pokok
utama dari pada Al – Islam, mereka bukan tidak beriman, bukan tidak
islam, namun mereka sebenarnya tetap saja belum taqwa, walaupun mereka
mengaku bahwa mereka itu benar-benar telah taqwa, karena telah
melaksanakan segala suruh dan telah menghentikan segala cegah, tetapi
mereka melupakan salah satu syarat pokok yang maha penting dari semua
ibadath, dari semua rukun islam, dari semua rukun iman, semua ibadath
harus dilaksanakan atas dasar hati yang benar-benar suci, khalis
mukhlisin, dan ini hanya dapat terwujud, kalau seluruh unsur-unsur fatal
dari seluruh pengaruh angkara murka, hawa napsu, dunia, syaitan, telah
hilang lenyap sama sekali dari hati sanubari mereka, Bagaimana mungkin
mereka itu melaksanakan hal ini, sedangkan Dunia Islam tidak pernah
menseminarkan, kami ulangi seluruh dunia Islam tidak pernah
menseminarkan bagaimana caranya pelaksanaan teknis supaya sholat itu
berdiri khusuk.
Dunia Islam selama ini hanya
menseminarkan syariat islam, kebudayaan, sejarahnya, tarikh – tarikhnya,
kemuliaan-kemuliaannya, dan lain-lainnya, tetapi tidak pernah
melaksanakan suatu seminar, suatu diskusi mendalam bagaimana cara
pelaksaan teknis, supaya shalat itu benar-benar khusuk.
“Hanya orang yang shalatnya khusuk,
hanya inilah yang mampu mendapat kemenangan” , mereka yang mampu
menegakkan shalat khusuk dalam shalatnya, inilah dia yang akan mendapat
kemenangan, sesuai dengan surat Al-Mu’minuun ; ayat 1 dan 2 :
“Qad aflahal mukminuuna alladziina hum fii-shalatihim khyaasyi’uun”
Artinya : Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang-orang mukmin yang berhati khusuk dalam shalatnya.
Kita benar-benar harus kuasai, harus
ketahui benar-benar akan rahasia cara ilmu pelaksanaan teknisnya,
bagaimana cara mendirikan shalat khusuk! Kalau shalat khusuk telah dapat
dilaksanakan, ini berarti bahwa semua unsur-unsur, semua
gelombang-gelombang, semua getaran – getaran dari angkara murka, hawa
napsu, dunia syaitan, telah habis dan hilang sama sekali, karena cara
pelaksanaan teknisnya agar supaya shalat itu khusuk, disinilah letak
kesalahan yang paling besar, paling pokok dari semua itu, karena tetap
saja merajalela, selalu saja dan senantiasa dalam keadaan yang
sehalus-halusnya, As-Syaitan dengan selicik-liciknya mendekam dalam hati
sanubari kita, Bagaimana mungkin tiap ibadath kita akan dapat khusuk,
dan suci murni, dan jelas tidak akan sampai kepada Allah, karena selalu
dikotori oleh pengaruh-pengaruh, gelombang – gelombang angkara murka,
hawa nafsu, dunia syaitan. Berarti semua ibadath kita akan tertolak,
tidak akan sampai pada Allah SWT! “Fawailul lil mushalliin alladziina
hum anshalatihim saahuun”
Neraka wail, celaka, bagi orang yang
shalat(dan seluruh ibadathnya) karena hatinya lalai daripada mengingat
Allah ini buka tafsir mengada – ngada, ini tafsir ilmiah “Al Islaamu
ilmiyyun wa’amaliyyun” dan “Al Islaamu ya’luu walaa yu’laa ‘alaihi”
Islam itu adalah ilmiah dan amaliah dan islam itu sangat tinggi
ilmiahnya, Sebaliknya, kalau Kalimah Allah telah tetap duduk dalam hati
sebagai “Penjaga Gawang” yang maha Akbar, yaitu nama Allah yang
ditanamkan Allah sendiri, yang dipatrikan Allah, akan nama Allah
sendiri, melalui saluran-Nya, maka pastilah akan berangsur-angsurlah
angkara murka, hawa nafsu, dunia syaitan akan hilang, maka akan suci
murnilah hati sanubari itu, Hati sanubari adalah sebagai pokok pangkal
dan tumpuan dari segala ibadath kita ; bukankah Rasul bersabda :
“Didalam Bani Adam itu ada segumpal darah, kalau ini suci, sucilah semua
amalannya, kalau ini kotor, maka kotorlah semua amalannya” Jadi ini
harus disucikan lebih dahulu, agar As-Syaitan hilang dengan segala
pengaruhnya, syaitan harus keluar dari hati sanubari kita; bagaimana
mungkin dia akan mampu dikeluarkan ! As – Syaitan itu sangat dahsyat,
sangat tinggi dimensinya, sangat halus, umurnya telah berabad-abad
lamanya, ilmunya tinggi sekali, itulah yang selalu mencengkeram dalam
hati sanubari kita; mau diusir dengan “A’udzubillaahi minasy syaithaanir
rajiim”, “Produksi” kita sendiri, oleh kita yang masih bergelimang
dosa, oleh kita yang serba berkekurangan, sedangkan Kalimah Allah yang
kita ucapkanpun belum mampu mencapai pada sisi Allah, karena
gelombangnya tidak mencapai gelombang pada sisi Allah SWT!.
Sedangkan Iblis itu bukan main tinggi akan dimensi ilmiahnya! Adam dan Hawa bukan ditipu dipasar malam, tetapi di surga! Lawan yang mampu naik kesurga untuk menipu, begitulah dahsyatnya lawan kita itu sangat hebat, sangat halus, yang umurnya telah berjuta-juta tahun, mana mungkin akan mampu kita mengusirnya dengan “A’udzubillaahi minasy syaithaanir rajiim”,”produksi” kita sendiri, akan larikah dia? Akan hancurkah dia dengan ucapan kata yang secara biasa-biasa saja itu? Jauh Panggang dari Api!!!.
Sedangkan Iblis itu bukan main tinggi akan dimensi ilmiahnya! Adam dan Hawa bukan ditipu dipasar malam, tetapi di surga! Lawan yang mampu naik kesurga untuk menipu, begitulah dahsyatnya lawan kita itu sangat hebat, sangat halus, yang umurnya telah berjuta-juta tahun, mana mungkin akan mampu kita mengusirnya dengan “A’udzubillaahi minasy syaithaanir rajiim”,”produksi” kita sendiri, akan larikah dia? Akan hancurkah dia dengan ucapan kata yang secara biasa-biasa saja itu? Jauh Panggang dari Api!!!.
Kalau ia masih bercokol saja didalam
hati, ia yang sangat tinggi dimensinya itu dengan kelicikan dan
kehalusannya dan tipu dayanya, maka segala ibadath kita akan tertolak,
Segala apa sajapun yang kita amalkan tidak akan sampai kepada Allah, dan
kalau tidak sampai tentu saja tidak pula akan terbalas, umpamanya saja :
Surat yang dikirim tidak sampai kealamatnya, jelas tidak akan berbalas,
seperti kacang yang ditanamkan, tidak menyentuh bumi, tetapi hanya
sampai pada lapisan pasir saja, dia tidak akan tumbuh, apalagi lapisan
pasirnya tebal, lapisan sampai semeter sebagai isolasinya, tak mungkin
sampai kepada bumi yang subur, atau seperti batu-batuan tebal sebagai
isolasinya, walaupun ditaburi 101 biji tiap hari tidak akan sampai
menyentuh bumi yang subur, Dia akan hilang lenyap, tidak sampai pada
tujuannya, dia tidak akan membuahkan pekerjaannya, tidak akan berpahala
sama sekali.
Disinilah kira-kira letaknya semua
kesalahan itu, pokok dari semua bencana dalam hidup kita di Akhirat!
Sehingga insan itu tidak mempunyai kekuatan, ia tidak mampu dalam
ibadathnya menjuluk turun akan rahmat Allah, sehingga benteng dari
Tuhan, Kalimah Allah murni dari Allah sendiri tidak akan berhasil
diraihnya, Ibadathnya tidak berhasil, karena tidak memakai cara
metodologi bagaimana ia lebih dahulu harus memusnahkan sang iblis dari
hati sanubarinya.
Kalau lapisan daripada bumi ini
dipertebal lagi dengan batu-batuan, jelas pasir dan batu – batuan itu
tidak bisa ditepiskan begitu saja, tidak bisa dicangkul begitu saja,
kita harus memakai alat-alat berat, umpamanya ; dengan traktor, dengan
metodologi teknologi! Begitu juga untuk membasmi Al-Iblis, As-Syaitan,
angkara murka, harus menggunakan teknologi dari Al – Qur’an itu sendiri,
Setiap teknologi menghendaki suatu metodologi, ini wajib; tidak ada
suatu prosede dalam ilmu teknologi tanpa metodologi! Metodologi dalam
Al-Qur’an namanya : Thariqat; begitu tinggi kedudukan Thariqatullah
dalam Al-Qur’an yang selama ini selalu diabaikan, di khilafiakan, bahkan
disyirikan oleh sebagian Kaum Muslimin karena dipengaruhi, diperdaya
oleh kaum Orientalis, musuh berbuyutan daripada kaum muslimin yang
mengissukan akan thariqat palsu, “Al Islaamu Ilmiyyun “
Thariqatullah adalah sangat tinggi ilmiahnya, thariqatullah yang sangat tinggi ilmiahnya itu adalah termasuk dalam teknologi Al – Qur’an yang amat akbar.
Thariqatullah adalah sangat tinggi ilmiahnya, thariqatullah yang sangat tinggi ilmiahnya itu adalah termasuk dalam teknologi Al – Qur’an yang amat akbar.
Teknologi alam semestapun sangat
tinggi ilmiahnya, sebagai contoh : air akan yang selama dunia berkembang
akan tetap air, Namun begitu di olah dengan teknologi, dengan
metodologi elektrolisa atas dasar teori ion Prof. Archenius, air akan
menghasilkan atom hidrogen dan atom oksigen, yang jika digabung kembali,
dan disulut akan meledak dengan hebatnya, Air yang jinak tadinya dan
dingin, dan mampu mematikan api, akan menyemburkan api yang hebat, yang
panasnya sangat tinggi, sehingga mampu melebur besi sekalipun.
Ayat Al-Qur’anul Karim yang kita
lagukan dengan lagu-lagu yang indah dan merdu dan seronok, ia tetap
merupakan lagu selama dunia terkembang, namun begitu diolah dengan
metodologinya, dengan teknologi Al-Qur’an, dia akan menjelma sebagai
senjata yang maha dahsyat, gunung berapi akan bisa ditundukkan-nya, bumi
bisa dibelah-belahnya, gunung-gunung dapat dipindahkan-nya, orang mati
dapat dihidupkan-nya, segala bencana akan dileburnya, ditolaknya,
dikikisnya habis menjadi Nol (0), kiamat dunia dapat dihalanginya, “Laa
taquumus saa’atu hattaa laa yabqaa ‘alaa wajhil ardhi mayyaquluu :Allah,
Allah”.
“Tidak akan datang kiamat dunia kalau
masih ada orang yang betul-betul beramal dzikrullah dengan metodologi –
nya sampai kehadirat Allah SWT”.
Allah akan menurunkan benteng yang
maha hebat, kiamat akan terhindar, dan tertunda, walaupun Allah telah
menetapkan pada hari ini, jam ini, detik ini, akan kiamat dunia, namun
jika dilihat oleh malaikat dan dilapor oleh malaikat kepada Allah, masih
ada orang yang berdzikir Allah , Allah, yang gemerlapan, Tuhan akan
menunda kiamat itu sampai 40 tahun lagi.
Bukan dzikir yang bergelimang dengan
pengaruh iblis, yang tidak sampai pada Allah, tetapi dzikir yang timbul
dari hati sanubari yang murni, dimana terpancang Kalimah Allah yang
gemerlapan, bersih dari segala angkara murka, dari semua pengaruh
gelombang daripada syaitan hingga sampai ke hadirat Allah, Dzikir yang
beginlah yang dibalas Tuhan dengan benteng kalimah Allah sendiri, dengan
nama Allah sendiri, “Dzikir akan DAKU, Aku akan berikan namaKU kepadamu
“ (Al-Baqarah 152).
“Fadzkuruuni adzkurkum wasykuruulii walla tafuruuni”
Artinya : “Dzikirlah Kamu kepada KU,
niscaya Aku dzikir kepadamu dan syukurlah kamu kepada –KU dan janganlah
kamu mengingkari nikmat-nikmat KU dan ucapan Rasul yang diriwayatkan Abu
Daud dan Tirmidzi :
“Bismillaahil ladzi laa yadhurru ma ‘asmihi syai’un fil ardhi wa laa fissama’i wahuwassami’ul aliim”.
Artinya : “Tidak memberi mudharat antara bumi dengan langit bagi orang yang berserta dengan nama Allah”
Wahai kaum muslimin diseluruh dunia,
cukuplah rasanya pelajaran bagi kita, bagi kaum muslimin di dunia,
tentang apa-apa yang terjadi di Timur Tengah; kita lihat pula disana,
bahwa kesatuan dan persatuan sama sekali tidak terwujud lagi, karena
digoda oleh syaitan juga, Ukhuwah Islamiyah sama sekali lenyap di Timur
Tengah, lihat saja mereka saling bunuh membunuh, khianat mengkhianati,
rampok merampok, dan lain-lain; kata Nabi : “Jika ada dua orang mukmin
berkelahi, maka nerakalah tempat bagi keduanya”.
Ktia tidak memperpanjang kalam, kita
tidak mencari hal-hal yang lain – lain lagi, apa sebab masyarakat di
teluk parsi kalah dan menderita, karena kunci deritanya letaknya di hati
sanubari orang islam itu juga, Dudukkanlah Kalimah Allah, dengan
memakai metodologinya, yaitu metode Thariqatullah dalam hati sanubari
kita yang disalurkan dari pada sisi Allah SWT melalui saluran haq-Nya,
yaitu via Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW, Dimana telah terpancang
Nuurun ‘Alaa Nuurin, yahdillahu linuurihii mayyaasyaa’u, sebagai channel
dan frekwensi yang hebat, yang diberikan Allah kepada Rasulullah SAW,
yang diteruskan pula oleh para Ulama yang mewarisinya, sambung
menyambung antara arwah dengan arwah, dan akhirnya tersambung pula pada
arwah kita, Al Ulama’u warasatul anbiya; inilah yang pertama kali
seharusnya yang mesti diwarisi, agar kontak dengan Allah, dalam ibadath
kepada Allah, dalam berdzikir kepada Allah sampai pada Allah, maka
terlaksana pulalah janji Tuhan, yaitu dibalas-Nya, disambut-Nya, maka
barulah mengalir kurnia-Nya dengan melalui channel dan frekwensinya,
semurni-murninya mengalir kedalam hati sanubari kita, yang pasti mampu
menghancurkan segala macam pengaruh angkara murka, hawa nafsu dunia,
syaitan, maka barulah mampu berdiri shalatul khasyi’in, yang membawa
kita kepada kemenangan hakiki dari Dunia samapi Akhirat.
Uraian ini termasuk kedalam ilmu Eksakta; maka marilah kita renungkan, kita diskusikan dalam waktu yang terluang, kemudian kita bertekad pula mengamalkannya, karena hal ini adalah maha penting dalam ibadath kita, dalam hubungan langsung kita dengan Allah SWT.
Uraian ini termasuk kedalam ilmu Eksakta; maka marilah kita renungkan, kita diskusikan dalam waktu yang terluang, kemudian kita bertekad pula mengamalkannya, karena hal ini adalah maha penting dalam ibadath kita, dalam hubungan langsung kita dengan Allah SWT.
Hanya dengan latihan yang
sungguh-sungguh kita akan menjadi sarjana daripada suatu cabang ilmu
pengetahuan “Wajaahidu Fi Sabilihii”
Sungguh-sungguhlah diatas jalan Allah, kita akan menang Absolut.
“Yaa aayyuhal ladziina aamnuut taqullaaha wabtaqhuu ilaihil wasiilata wajaahiduu fi sabiilihii la ‘allakum tuflihuun”
Perlu sekali channel dan frekwensinya,
perlu sekali akan metodologi, barulah terwujud kenyataan akan sesuatu
hasil dalam Teknologi Al-Qur’an! Semoga dengan pengertian ini kita
laksanakan amaliah kita “Al Islaamu Ilmiyyun wa’amaliyyun”, “Al Islaamu
ya’luu walaa yu’laa ‘aalaihi”
Dimensi Kalimah Allah asli dan murni,
yang tersalur daripada sisi Allah dalam dimensi yang maha tinggi dengan
getaran yang maha ultra sonoor inilah yang akan membentengi kita dari
segala macam bencana alam mana saja pun dan neraka sekalipun akan
terhindar dari kita; dan Kalimah Allah murni seperti di ataslah, yang
mampu untuk menghancurkan segalan lawan kita yang menghadang jalan kita
menuju kemenangan hakiki dunia akhirat.
Akan terwujudlah “Bismillaahil ladzi
laa yadhurru ma’asmihi syai’un fil ardhi wal laa fis sama-i wahuwas
sami’ul ‘aliim” dalam kenyataan hidup kita didunia akhirat.
Akan terwujud pula lagi : “Laa
taquumus saa’atu hatta laa yabqaa ‘alaawajhil ardhi mayyaquulu : Allah,
Allah . “ Kiamat dunia di tunda Tuhan, karena dzikrullah seorang mukmin
yang Perkasa!.
Dan akan terwujud pulalah ayat-ayat Al
– Qur’anul karim, bukan hanya “Terujud” seperti selama ini dalam karya
kata-kata dan cerita, tetapi benar-benar terujud dalam Alam Nyata dan
Realita!
Semua Firman Allah akan menjadi kenyataan Akbar, termasuk ayat terdahsyat AR-RA’AD ayat 31:
“Wa lau an-na qur-aanan syu-yirat bihil jibaalu au quthi’at bihil ardhu au kullima bihil mautaa”
Artinya : “Dan sesungguhnya
andaikata ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dapat membuat gunung-gunung
berjalan/berguncang dahsyat atau bumi dipotong-potong/ dibelah-belah
atau orang-orang mati diajak bicara / dapat bicara (hidup kembali)
niscaya Kitab Suci itu ialah Al-Qur’an. Dan merekapun tidak juga beriman
(dan juga masih tidak terpikir juga untuk merisetnya, walaupun Tuhan
mengatakan KEDAHSYATAN AL-QUR’AN itu bertubi-tubi)”
Bahwa Al-Qur’an Majid dapat membelah –
belah bumi memindah-mindahkan bukit dan menghidupkan orang mati, dan
membenteng kita, dari segala macam bencana dunia akhirat! Allahu Akbar ! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Walillahil hamd.
Kami tidak memperpanjang kalam, yang kami uraikan ini adalah termasuk dalam teknologi Al-Qur’an.
Sekian Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, lebih kurang kami mohon maaf.
Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Sumber: http://sufimuda.net
=============
*) Pidato Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi, pada Sarasehan Sehari di Aula Universitas Pembangunan Panca Budi Medan tanggal 23 Juni 1992. Dihadiri sekitar 2000 pendengar cendikiawan dalam dan luar negeri (civitas akademika Universitas Pembangunan Panca Budi dan para undangan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar